Rasûlullâh ﷺ menyatakan bahwa kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat. Oleh karena itu, sepantasnya sebagai hamba yang taat dan takut terhadap Rabbnya selalu berusaha menjauhi kezhaliman. Allâh ta’alla berfirman di dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا
Wahai para hamba-Ku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman terhadap diri-Ku dan Aku menjadikannya (perkara) yang diharamkan di antara kamu, maka janganlah kamu saling menzhalimi”. (HR. Muslim, no: 2577/55; Ibnu Hibban, no. 619)
Segala bentuk kezhaliman adalah dosa. Kadar dosanya berbeda-beda sesuai dengan bentuk dan tingkat kezhaliman itu sendiri. Dalam hadits, Rasûlullâh ﷺ bersabda:
الظُلْمُ ثَلَاثَةٌ : فَظُلْمٌ لَا يَغْفِرُهُ اللَّهُ , وَظُلْمٌ يَغْفِرُهُ اللَّهُ , وَظُلْمٌ لاَ يَتْرُكُهُ اللَّهُ. فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لاَ يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَالشِّرْكُ, وَقَالَ: إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ .وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَظُلْمُ الْعِبَادِ لِأَنْفُسِهِمْ فِيمَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ رَبِّهِمْ. وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لاَ يَتْرُكُهُ اللَّهُ فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا حَتَّى يُدَبِّرَ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ
Kezhaliman itu ada tiga: kezhaliman yang tidak akan diampuni oleh Allâh; kezhaliman yang akan diampuni oleh Allâh; dan kezhaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allâh. Adapun kezhaliman yang tidak akan diampuni oleh Allâh adalah syirik, dan beliau membaca (ayat): “Sesungguhnya mempersekutukan (Allâh) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman (31): 13).
Adapun kezhaliman yang akan diampuni oleh Allâh (jika Dia menghendaki-pen) adalah kezhaliman hamba terhadap dirinya sendiri, di dalam (hak-hak) di antara mereka dengan Allâh (seperti shalat atau puasa yang tidak dilakukan dengan baik-pen). Adapun kezhaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allâh adalah kezhaliman sebagian hamba kepada sebagian yang lain, sampai Allâh akan mengurus untuk sebagian mereka dari sebagian yang lain.” (HR. Ath-Thayalisi dan al-Bazzar; dari Anas bin Malik; Dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahîh al-Jâmi’ no:3961 dan Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 1927)
Bagaimanapun besar dosa akibat tindak kezhaliman, pintu taubat masih terbuka lebar bagi pelakunya. Jika pelaku kezhaliman hendak bertaubat dari prilaku buruknya tersebut, maka ada beberapa syarat yang harus terpenuhi, sesuai dengan jenis kezhalimannya.
Apabila tindak kezhaliman itu tertuju kepada Allâh ta’alla atau dirinya sendiri, maka syarat-syarat adalah:
- Pertama; Dia harus berhenti dari tindak kezhaliman tersebut,
- Kedua; Dia harus menyesali perbuatan buruknya itu
- Ketiga; dia harus bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa yang akan datang.
Jika tiga syarat ini sudah terpenuhi dan semuanya ikhlas karena Allâh ta’alla , maka insya Allâh ta’alla taubatnya dari tindak kezhaliman jenis di atas akan diterima oleh Allâh ta’alla .
Namun, apabila tindakan zhalimnya terkait dengan orang lain, maka ada syarat tambahan yang harus dipenuhi yaitu minta di halalkan dari pemiliknya didunia dengan mengembalikan hak tersebut kapadanya atau meminta ampunan darinya. Rasûlullâh ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Siapa yang memiliki kezhaliman pada saudarnya dari kehormatan atau sesuatu maka hendaknya minta dihalalkan darinya pada hari itu juga sebelum dinar dan dirham tidak berguna. Apabila dia memilki amalan shalih akan diambil darinya sesuai kezhalimannya dan bila tidak memiliki kebaikan-kebaikan maka diambil dari keburukan orang yang dizhalimi dan dibebankan kepadanya. (HR. Al-Bukhâri no. 2449).
Berat dan susah. Itulah kesan yang muncul pertama kali saat mengetahui syarat-syarat taubat di atas, terutama syarat taubat terkait tindak kezhaliman terhadap orang lain. Namun semuanya akan menjadi mudah, jika orang yang bertaubat itu mendapat taufiq dari Allâh ta’alla .
Semoga Allâh ta’alla menjadikan kita termasuk orang-orang yang dijauhkan dan diselamatkan dari segala bentuk tindak kezhaliman. Dan semoga Allâh ta’alla juga memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang segera bertaubat dari semua bentuk kezhaliman yang pernah dia lakukan.